Minggu, 26 September 2010

Karat hati
yang tertinggal
Terkikis lambat dengan berjalannya waktu

Dawai cinta
yang dulu putus terbawa awan
kini terajut lagi dalam perasaanku

Dua bayangan gelap
yang hinggap dalam benak
tak jua hilang sampai saat ini

Satu hentakan itu membuat bom waktu di dadaku ini pecah meledak dengan dahsyat
Tubuh ini terasa menggelegar
Semua panca indera menjadi lemah

Sakit.. sakit.. sakit..

Kini dua mata satu senyuman itu menumbuhkan cinta
dan semua inderaku hidup seakan berfungsi kuat terakit
di lubuk hati
Senja telah berlalu di makan waktu
Malamku pun datang

Tlah ku hiasi langit dengan ribuan tumpukan bintang yang kini tlah melukiskan wajahmu
dengan apa yang tlah ku serukan di waktu itu

Aku adalah bunga kering yang hampir mati karena kau sedang dilanda kesedihan

Bantulah bungaku
Siramilah bungaku
dengan air kebahagiaan dari hatimu

Dan aku akan tumbuh dengan warna indah
yang akan mewarnai hari-harimu
Iri dengan apa yang ku lihat dan ku rasakan kini menjadi rindu

Tapi rindu ini membuatku bingung
akan dirimu

Layak air yang inginku genggam
Tersentuh
dan saat itu lenyap lagi

Hanya setetes yang dapat kuraih

Sisanya mengalir kesana kemari
jauh
menuju ke tempat yang ia sukai

Aku tak tahu apa yang ia perbuat dan apa yang ia lalui

Harapan ia kembali membuatku ragu
Ragu akankah ia kan sejenis saat itu?
atau apakah telah bercampur noda, keruh, dan akan membuat batin dan hatiku sakit?

Sabtu, 25 September 2010

Sungguhkah yang ku lihat ini?

Mataku hanya dapat melihat tumpukan pasir serta kerikil-kerikil kecil kuning dan gersang

Aku haus!!!
Yang terbayang saat ini hanya air, air, dan air 

Aku tahu apa itu air,
tapi ku tak bisa untuk menikmatinya

Aku tahu dimana air,
tapi ku tak tahu dimana aku akan memperolehnya

Karena cinta yang kupunya, bukanlah cinta yang semestinya

Aku akan berusaha dengan sungguh

Penat dan letih ku tak peduli
Karena aku ingin menjadi sempurna di matamu

Kan ku cerahkan pagi,
agar mentariku selalu menyambut bangunmu

Kan ku nyanyikan sebuah lagu,
agar kupu-kupu ku dapat menari riang setiap waktu

Kan ku taburkan ribuan bintang,
agar matamu selalu bersinar menatap bulanku

Kan ku jaga lelap tidurmu,
agar hanya diriku yang datang dalam lelap mimpi malammu

Karena
kilau indah senyummu,
adalah nyawa bagi hidupku
Tak layak kau katakan tidak
Juga tak mungkin kau katakan iya

Bagai kepak kupu-kupu yang kau tulis
Gerakan itulah yang membuatnya hidup

Seperti riak sungai yang kau ucap
Diam...
dan tak berbuat apa

Maka dengan nyaman
ia akan menenggelamkanmu

Kubalikkan dinginnya malam untuk menghangatkan pikiranmu di kala itu
Kuserukan pada mentari agar ia selalu mengingatkanmu untuk bersandar di pelukanku
Dikala hatimu galau, risau
dan sunyi

Jumat, 24 September 2010

Aku bukan seorang pencipta, pujangga, ataupun pecinta

Benak ini...
Tak pandai menuntun khayal hingga menjadi sebuah karya

Tangan ini...
Tak pandai memetik kata hingga menjadi sebuah puisi

Hati ini...
Tak pandai mengait hati untuk mencari belahan jiwa

Karena aku, hanyalah makhluk biasa
Bahagia ini selalu diiringi oleh keraguan
Senyum ini tergoreskan dengan ketidaktulusan
Mungkinkah ketulusan ini seutuhnya tak berasal dari hati?

Apa yang menaungi ku saat ini?
Ingin ku tertawa di depan keramaian, tapi tak bisa


Mengapa?


Hatiku yang selalu merasakan semua

Beku, dingin
dan sunyi...
Sebuah tubuh, satu nyawa

Tidak hebat dan tak jua begitu sempurna
Tak cerdas apalagi jenius
Hanya berusaha mencari kata kesuksesan juga kebahagiaan

Tapi tau apa itu sahabat
Bisa mengerti apa yang dinamakan cinta
Suka bernaung dalam kenyamanan yang tak luput dari kesederhanaan